- Album: Deduktif
- Band: Hellfreezed
- Format: Digital
- Label: Hellfreezed Production
- Lokasi: Jakarta, Indonesia
- Rilis: 6 Juni 2020
Daftar Lagu
01. Warzone | 04:12 |
02. Coretan Pemberontak | 03:53 |
03. Citra Bertaring | 03:16 |
04. Paranoid | 02:54 |
05. Affliction | 04:03 |
06. Martir Kontemporer | 02:57 |
07. Paras Modernitas | 05:00 |
08. Kultur Hedonis | 04:32 |
09. Deduktif | 02:42 |
33:32 |
Personil
Dhanu Arviansyah | Vocals |
Yan Akbar Nugraha | Guitar |
Yudhistira F Monoarfa | Guitar |
Agra Damia Saputra | Bass |
Rifki Alfredo Handani | Drums |
Jujur, saya baru menemukan mereka 2 Minggu yang lalu melalui tombol rekomendasi following dalam fitur Instagram. Buru-buru saya dengarkan materi mereka di salah satu layanan musik alir populer dengan ciri logo berwarna hijau. Saya pun masih ingat 30 menit pertama mendengarkan album debut ini merupakan 30 menit merasakan kesia-sian yang nihil, yang berkesan dan yang bermakna. Tepat hari ini pula, album debut ini dirilis 2 bulan yang lalu.
Kuintet metalcore yang resmi terbentuk pada Mei 2014 ini telah berhasil mengeksplorasi bentuk metalcore a la Lamb of God maupun As I Lay Dying ke level yang sedikit lebih mengidentifikasikan musik Hellfreezed itu sendiri, dalam perjalanan mereka menentukan jalan metalcore yang mereka pilih. Meski tak bisa dipungkiri, akan selalu ada artefak-artefak influensi dari 2 nama band besar tadi dalam debut album ini.
Salah satu single mereka yang rilis pada tahun 2017, “Parade Malapetaka”, tak dimasukkan dalam debut album Deduktif. Dan sejauh ini, Hellfreezed secara konsisten mengusung tema lirik yang tak jauh dari babakan kritik sosial maupun politik dalam keseharian mereka menjalani sisa hidup.

Lagu yang sempat rilis pada tahun 2016 dalam format demo, “Coretan Pemberontak”, direkonstruksi menjadi lebih catchy di album ini. Pula, kualitas vokal Dhanu terdengar jauh lebih optimal di trek ini, dan tak bisa dipungkiri hampir semua nyawa lagu dari Hellfreezed ditopang oleh suara gitar melodi dan shredding ringan namun pas di telinga—tanpa bermaksud mendiskreditkan peran instrumen lain.
Sekilas, apabila kalian baru mendengarkan “Citra Bertaring”, ingatan kalian pasti langsung merujuk bagaimana Lamb of God pernah mengkonstruksi tipe musik ini. Lagu yang sempat rilis pada 2018 tersebut adalah apa yang saya maksud bagaimana artefak-artefak influensi dari band besar pasti menghantui bagi band manapun, dan itu sangatlah wajar dan masih bisa ditoleransi. Bertulang punggung lirik yang muak terhadap citra populisme yang ditawarkan oleh banyak elit politik, dan mungkin lagu ini bisa kalian jadikan refleksi saat musim kampanye tiba nanti. Menjadi tidak dungu dan serampangan dalam menentukan opsi.
Surga imajiner kau janjikan Realita neraka terus berputar
Seperti yang kalian ketahui, total ada 2 lagu yang menggunakan lirik berbahasa Inggris. Melalui “Warzone”, Hellfreezed menggambarkan situasi dekadensi sosial, di mana penindasan maupun isu SARA masih menjadi isu primer di negara ini. Namun, mereka lebih suka menyampaikannya ke dalam wujud lirik yang metaforik—dalam situasi zona perang—alih-alih secara eksplisit. Berkendara melalui konstruksi musik groove metalcore yang berputar-putar di kepala dan telinga dengan durasi 4 menit.
Kemudian ada “Affliction”, trek yang sedikit lebih mengidentifikasikan musik Hellfreezed itu sendiri, seperti yang saya ungkapkan di awal tadi. Konstruksi musik di trek ini pun jauh lebih fresh ketika didengarkan secara serampangan sekalipun. Sebuah trek melodic metalcore modern yang bertulang punggung lirik isu penindasan warga Papua, yang sudah menjadi rahasia umum di negeri ini.
Saya mencatat, total ada 4 trek dalam album Deduktif yang secara eksplorasi musik cukup merepresentasikan ‘nafas baru’ bagi musik Hellfreezed itu sendiri. Salah satunya adalah trek “Affliction” tadi, lalu ada “Paranoid” yang sengaja dikonstruksi sedikit lebih deathcore, “Paras Modernitas” yang bertulang punggung lirik potret akhir zaman masyarakat modern dalam menggunakan media sosial (yang senang bergunjing namun malas menganalisis akan sesuatu yang dikritisi), dan “Kultur Hedonis” yang cukup eksperimentatif.
Dalam “Martir Kontemporer”, mereka mencampurkan groove metal dengan sedikit nuansa death metal modern yang tak terlalu rumit namun masih bisa ditoleransi telinga. Album ini pun ditutup dengan “Deduktif”, sebuah trek balada yang menjadi pelengkap sekaligus penutup atas segala keriuhan tema sentral yang diusung dalam album Deduktif. Akhirulkalam, selamat mendengarkan.